Bandung sebagai kota kreatif mampu mengundang minat wisatawan, baik domestik dan internasional. Salah satu akomodasi yang menarik di pusat kota Bandung dengan permainan bentuk massanya datang dari U Janevalla Hotel. Didominasi dengan polesan warna abu gelap dari material concrete yang diekspos, hotel ini mengusung konsep yang mengikuti dinamika urbanitas di sekitarnya.
DINAMIKA URBANITAS
Hotel yang memiliki 119 kamar dengan desain tidak tipikal ini dirancang oleh konsultan arsitek dan interior PT Budi Pradono Architects (BPA). Tim arsitek melihat bahwa kawasan pusat kota merupakan kawasan yang didominasi dengan bangunan komersial dan area publik. Di kemudian hari, pusat kota Bandung akan banyak berdiri bangunan middle rise hingga high rise lainnya.
Melihat kondisi tersebut, BPA memikirkan bagaimana agar hotel ini dapat merespon kondisi saat ini maupun masa yang akan datang. Dengan melihat bangunan sekitarnya yang memiliki kemiripan, yakni menempatkan massa bangunan berada di tengah tapak, U Janevalla Hotel melakukan strategi yang sama dengan memisahkan massa bangunan, namun masih terkoneksi dengan baik.
Namun, tim arsitek menyelaraskan kondisi yang ada dengan memisahkan kedua massa bangunan, karena implikasi ilmu fisika bangunan, di mana hal ini akan memberikan aspek pengudaraan alami secara terus-menerus dari ujung utara ke selatan sehingga diharapkan mampu mereduksi penggunaan AC.
INTEPRETASI TARI JAIPONG
Bentuk massa bangunan ini cukup menarik untuk dikaji. Dari kejauhan pun U Janevalla Hotel mampu menarik pandangan mereka yang melintasi Jalan Aceh, Bandung. Tim arsitek mencoba untuk mengintepretasikan salah satu tarian tradisional ke dalam bentuk bangunan ini. Tari jaipong dipilih, karena lokasi bangunan ini berada di provinsi Jawa Barat dan juga gerakan tariannya yang sempat menjadi polemik.
Pada akhirnya, bentuk U Janevalla Hotel ini merupakan representasi dan reinterpretasi dari sebuah tradisi yang tidak digali dari arsitektur, melainkan dari seni. Dengan bentuk yang tidak tipikal, penyelesaian bangunan ini secara struktural maupun arsitektural memang membutuhkan penanganan ekstra.
SUPER EKSPOS
Hotel ini baik secara eksterior maupun interior tetap berusaha untuk memperlihatkan material apa adanya. Hal ini tampak dari pewarnaan yang digunakan, yakni hanya berupa abu gelap yang dihasilkan dari concrete dan juga coklat dari warna kayu. Selain itu, bangunan ini memiliki banyak bukaan yang memanfaatkan kaca jenis stropsol. Kaca jenis ini dipilih, karena kelebihannya yang dapat mereduksi sinar matahari yang masuk dan mampu memantulkan bayangan pada malam hari sehingga dapat membantu memberikan kesan yang luas di dalam kamar.
Pada interior kamar, seluruh material direduksi menjadi sesuatu yang sifatnya paling mendasar. Hal itu tampak pada lemari baju yang didesain dengan hanya menyisa
kan gantungan b
aju saja. Demikian halnya pada lemari lainnya yang juga didesain dalam bentuk rak saja sehingga di satu sisi mendapatkan ruang yang maksimal, tetapi di sisi lain juga mampu mereduksi furniturnya.
Secara keseluruhan, interior kamar hotel ini memiliki konsep super ekspos, di mana seluruh pipanya terlihat dari luar. Secara tidak langsung, desa
in ini memungkinkan kita dapat mengantisipasi permasalahan pada pipa di kemudian hari.
DATA PROYEK
Nama Proyek: U Janevalla Hotel (Dancing Hotel)
Lokasi: Jl. Aceh, Bandung
Selesai: 2018
Luas Area : 1.050 meter persegi
Gross Floor Area: 8.595,66 meter persegi
Jumlah Lantai: 10 lantai, 2 basemen
Jumlah Ruang: 119 kamar
Klien: PT Illia Persada
Konsultan Arsitektur: PT Budi Pradono Architects
Principle Architect: Budi Pradono
Konsultan Desain Interior: PT Budi Pradono Architects
Principle Designer: Budi Pradono
Konsultan Pencahayaan: PT Budi Pradono Architects
Konsultan Lansekap: PT Budi Pradono Architects
Konsultan Sipil & Struktur: PT Gerald Dean Mandiri
Konsultan Mekanikal & Elektrikal: PT Pasada
Kontraktor: PT Frankipile, PT Unicorn & PT Illia Persada
Interior Fit-Out Contractor: Linea, PT Prima Putera & PT Honeymax
Foto/Gambar: Fernando Gomulya