Sejak didirikan pada tahun 1964, Gutta hanya memiliki satu tujuan, yaitu untuk meningkatkan standar kehidupan sosial maupun individu di Eropa. Di Indonesia, atap bitumen Gutta yang dibuat dengan teknologi canggih dari Jerman tersebut mampu menyatukan dua elemen alami yang unik, yaitu fiber selulosa dan aspal. Teknologi ini membuat atap Gutta menjadi sangat fungsional dan memberikan nilai tambah bagi penggunanya.
Lapisan Gutta terdiri dari 22 lapisan tipis serat selulosa yang saling menumpuk. Walaupun tipis, serat yang saling melintas ini akan memberikan efek plywood di mana hal ini akan memberikan kestabilan dimensi pada produknya. Gutta memiliki ketebalan hanya 2,3 mm, paling tipis di kelasnya. Berbeda dengan produk metal, produk atap fiber aspal seperti Gutta melihat kepadatan aspal dengan menghitung nilai densitas kg/m3. Penelitian Gutta di Puslitbang Bandung membuktikan bahwa Gutta 7% lebih padat dan kokoh dibandingkan dengan produk sejenis lainnya.
Selain itu, permukaan produk Gutta yang terdiri dari piramida kecil tersebut membantu untuk mencegah penyimpanan debu dan juga membantu memecahkan air hujan sehingga menambahkan sifat meredam suara. Semua teknologi terbaik ini dipentaskan dalam acara BCI Asia Awards 2018 yang diselenggarakan di The Ritz-Carlton, Jakarta, pertengahan April lalu.