Penjualan apartemen di Jakarta pada trimester kedua tahun 2018 mengalami penurunan. Hal ini disebabkan kurangnya kepercayaan antara pembeli properti di tengah gencarnya isu ekonomi dan politik. Selain itu, pemberlakuan pajak properti mewah sebanyak 20% atas penjualan senilai Rp 10 miliar atau lebih pada Maret tahun lalu secara tidak langsung menahan keinginan pembeli tingkat atas untuk apartemen baru. Salah satu penurunan terbesar terjadi selama Ramadhan, karena konsumen biasanya lebih fokus pada kebutuhan lain, seperti pergi berlibur dan perayaan Idul Fitri. Hal tersebut menjadi pembahasan penting pada acara “2Q Media Briefing Jakarta Property Market Update Review dan Outlook” dari Jones Lang LaSalle Indonesia yang diadakan di Indonesia Stock Exchange Building Jakarta, 18 Juli 2018.
Luke Rowe selaku Head of Residential dari JLL mengatakan, “Tingkat penjualan pasar hunian kondominium mengalami penurunan 1% dari triwulan pertama menjadi 63%. Kondominium yang terjual pada kuartal kedua 2018 sekitar 900 unit yang sebagian besar datang dari pasar kondominium pada kuartal kedua hanya sekitar 300 unit dan datang dari kelas menengah kebawah. Kondominium yang telah dibangun di Jakarta adalah sejumlah 144.000 unit. Hingga tahun 2022, diperkirakan akan ada penambahan pasokan kondominium di Jakarta sebanyak 53.000 unit”.
Selain pembahasan mengenai properti, sektor perkantoran juga belum mengesampingkan fakta bahwa tingkat hunian masih terus menurun seiring dengan banyaknya jumlah pasokan baru yang terus berdatangan. Di sektor ritel, para riteler terus berbenah dan bersama-sama dengan landlord membuat dan menjaga tampilan mereka lebih atraktif.