Pembiayaan terhadap proyek-proyek konstruksi berskala besar di Indonesia, terutama yang masuk dalam kategori Proyek Strategis Nasional (PSN), tidak akan mampu dicukupi oleh APBN kita sendiri. Hal ini diperjelas melalui laporan dari Lembaga Pengelola Investasi atau Indonesia Investment Authority (INA) yang tengah mengkaji due diligence atau uji kelayakan sekitar 8 hingga 10 PSN untuk ditawarkan kepada investor asing.
Hal ini disampaikan oleh Marita Alisjahbana selaku Anggota Dewan Direksi INA. “Investor-investor sudah banyak yang menunjukkan ketertarikannya, tetapi mereka memerlukan mitra strategis yang punya kekuatan hukum dan kelembagaan yang kuat. Nah, kekuatan ini sudah ada dalam pendirian INA,” jelas Marita dalam sebuah diskusi virtual, beberapa waktu lalu.
Memasuki tahun 2020 lalu, INA telah mendapatkan modal pembiayaan dari pemerintah sebesar Rp 15 triliun. Tahun 2021, modal itu ditingkatkan lagi menjadi Rp 75 triliun. Melalui modal itu, INA berupaya menarik minat investor asing sebanyak-banyaknya agar masuk dan dapat berinvestasi ke dalam aset-aset utama, terutama milik BUMN.
Sampai saat ini, investor asing sudah banyak diajak bicara untuk bekerja sama, dengan sebagian besar kerja samanya bersifat government-to-government. Para investor asing tertarik berinvestasi di sektor jalan tol, bandara, pelabuhan, infrastruktur digital, sektor kesehatan, energi terbarukan, consumer hingga pariwisata. — Construction+ Online