Sebagai salah satu Program Strategis Nasional (PSN), pemerintah tengah menyelesaikan konstruksi Bendungan Rukoh di Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh. Selain pembangunan Bendungan Keureuto di Kabupaten Aceh Utara dan Bendungan Tiro di Kabupaten Pidie, kehadiran bendungan ini merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan produksi sawah hampir 12.000 hektar (Ha).
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) membangun bendungan ini melalui Balai Wilayah Sungai Sumatera 1 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air sebagai upaya mewujudkan ketahanan air dan kedaulatan pangan di Provinsi Aceh. Pengelolaan sumber daya air dan irigasi akan terus dilanjutkan dalam rangka mendukung produksi pertanian yang berkelanjutan.
Seperti yang disampaikan oleh Basuki Hadimuljono selaku Menteri PUPR, kehadiran bendungan juga memiliki potensi air baku, energi, pengendalian banjir, dan pariwisata yang akan menumbuhkan ekonomi lokal. “Pembangunan bendungan akan diikuti dengan ketersediaan jaringan irigasinya. Dengan demikian bendungan yang dibangun dengan biaya besar dapat segera dimanfaatkan karena airnya dipastikan mengalir sampai ke sawah-sawah milik petani,” ujar Menteri Basuki.
Djaya Sukarno selaku Kepala Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera I menambahkan bahwa Bendungan Rukoh berada di aliran Sungai Krueng Rukoh disuplai dari Sungai Kreung Inong yang memiliki luas area genangan mencapai 716,10 hektar dan disiapkan untuk menampung air hingga 128,66 juta meter kubik. “Bendungan ini akan mengairi lahan persawahan Daerah Irigasi Baro Raya seluas 11.950 Ha, khususnya di Kecamatan Keumala dan Kecamatan Sakti, Kabupaten Pidie,” terang Djaya Sukarno.
Bangunan pengarah Bendungan Rukoh dibangun sejak akhir tahun 2018 dengan biaya APBN sebesar Rp 1,5 triliun. Pelaksanaannya dilakukan secara bertahap melalui dua paket dengan masing-masing kontraktor, PT Nindya Karya (Persero) untuk paket 1, serta kontraktor PT Waskita Karya (Persero) Tbk KSO PT Adhi Karya (Persero) dan PT Andesmont Sakti untuk paket 2. “Saat ini progres konstruksinya telah mencapai 28% dan ditargetkan akan rampung pada tahun 2023,” terang Djaya Sukarno.
Selain sebagai sumber irigasi, bendungan tipe zonal dengan inti tanah kedap air tersebut diharapkan dapat memiliki manfaat untuk pemenuhan kebutuhan air bersih dan penyediaan air baku sebesar 0,90 m3/detik bagi 22.848 jiwa di wilayah Kecamatan Titue dan kecamatan lannya di Kabupaten Pidie. Kehadiran bendungan juga berpotensi menjadi sumber pembangkit listrik sebesar (PLTA) sebesar 1,22 MW, serta mengatasi permasalahan banjir di Kabupaten Pidie untuk periode ulang 50 tahunan, dan selain juga sebagai destinasi wisata. — Construction+ Online