Seiring perkembangan zaman, terlebih lagi dengan adanya kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, membuat perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan sedikit demi sedikit mulai berubah. Dulu, banyak masyarakat banyak yang menilai bahwa perempuan memiliki keterbatasan dalam segala aspek jika dibandingkan dengan laki-laki. Banyak pekerjaan-pekerjaan yang didominasi laki-laki membuat ruang gerak perempuan dalam mengembangkan diri sangat terbatas.
Anggapan tersebut saat ini sudah tidak relevan karena pada akhirnya banyak bidang dan teknologi yang membuka lebar peran semua gender untuk ikut serta di dalamnya. Hal yang sama juga termasuk dalam sektor industri konstruksi, di mana pada kenyataannya laki-laki dan perempuan dapat terlibat lebih jauh dalam suatu proyek, mulai dari sisi perencanaan hingga pelaksanaan. Kendati demikian, masih terdapat beberapa celah yang menyebabkan isu gender ini masih kerap terdengar dalam industri konstruksi.
KETIDAKSETARAAN GENDER DALAM INDUSTRI KONSTRUKSI
Pekerjaan pada proyek konstruksi terbagi menjadi dua kelompok pekerja, yaitu di kantor dan di lapangan. Perempuan yang bekerja di kantor umumnya memperoleh peluang yang sama atau bahkan lebih baik dibandingkan dengan pekerja laki-laki. Karakteristik perempuan yang cermat, teliti, dan sabar memberikan kontribusi yang cukup besar bagi perempuan yang bekerja di kantor.
Namun, tidak dengan perempuan yang bekerja dan berkembang di lapangan. Sifat dasar konstruksi yang identik dengan pekerjaan kasar, dilakukan di ruangan terbuka, dan didominasi oleh laki-laki menjadi hambatan bagi pekerja perempuan. Secara umum, dunia konstruksi dianggap sebagai suatu profesi yang hanya ditujukan bagi laki-laki sehingga hanya sedikit jumlah perempuan yang menempuh pendidikan dan memilih bekerja di proyek konstruksi.
Selain itu, ada beberapa hambatan yang sering dialami oleh perempuan untuk berkarier di industri konstruksi, seperti halnya usia, kesehatan, mengandung dan melahirkan, mendidik dan membesarkan anak, dan lainnya. Diskriminasi atau ketidaksamaan dengan laki-laki sering juga menjadi hambatan bagi perempuan untuk berkarier di industri konstruksi atau bahkan di bidang pekerjaan secara umum.
Tokoh Arsitek Perempuan Terkenal
Semakin berkembangnya dunia arsitektur membuat profesi arsitek menjadi suatu hal yang dinilai baik dan membanggakan. Berbagai mahakarya arsitektur seringkali menjadi ikon dan identitas penting bagi suatu daerah, bahkan negara.
Namun, seringkali nama-nama besar di dunia arsitektur dipenuhi oleh dominasi laki-laki. Padahal, arsitek-arsitek perempuan, baik yang berkarya di Indonesia maupun di kancah internasional, tidak kalah cemerlang dari arsitek-arsitek laki-laki. Berikut beberapa profil arsitek perempuan yang berpengaruh.
Zaha Hadid
Bagi sebagian orang, Zaha Hadid mungkin adalah nama yang pertama terlintas jika membahas tentang arsitek perempuan. Dame Zaha Hadid bisa dibilang merupakan salah satu arsitek perempuan ternama dalam sejarah. Perempuan keturunan Irak yang juga memiliki kewarganegaraan Inggris ini menjadi perempuan pertama yang pernah memenangi Pritzker Prize di tahun 2004. Penghargaan ini diberikan kepada arsitek yang berhasil menunjukkan komitmen, talenta, dan visi yang mumpuni dalam karya-karya mereka. Pada tahun yang sama dengan kematiannya, Hadid mendapatkan medali emas untuk penghargaan arsitektur paling bergengsi di Inggris, Royal Institute of British Architects (RIBA).
To read the complete article, register your details above
to be notified once the revamped Construction Plus App is ready!