Pecha Kucha merupakan sebuah format presentasi dengan format 20 slide, di mana masing-masing slide diceritakan hanya selama 20 detik. Acara yang diadakan secara reguler (per 3 bulan) ini sudah diselengarakan di beberapa kota, termasuk Yogyakarta. Pada pertemuan ke-15 ini diangkat tema “Candu: Addicted to Passion” dengan 11 narasumber dari berbagai profesi yang diharapkan dapat berbagi ide, karya, dan prestasinya dengan singkat dan padat, serta tentunya menginspirasi para audiens.
Dari dunia arsitektur, hadir Ardhyasa Fabrian Gusma sebagai principal dari A+A Studio Architecture. Sejak kecil hobi menggambarnya telah membawa dirinya memilih pendidikan tinggi dengan mengambil jurusan Arsitektur UGM dan melanjutkan S2 di Jurusan Urban Design UGM. Kini, ia mampu menciptakan karya-karya fenomenal yang beberapa di antaranya diakui dunia internasional. Salah satunya terpilih dalam sayembara penataan kawasan Malioboro pada tahun 2014 dan menjadi salah satu pemenang FuturArc Prize 2015 & 2016.
Nama lain di bidang arsitektur adalah Affi Khresna. Setelah menyelesaikan studi di bidang arsitektur berbekal sebagai creative problem solver dan banyak bertemu dengan komunitas dan gerakan sosial, justru membuatnya berlabuh di perusahaan kreatif IdeaLabs. Perusahaan ini banyak mendesain bisnis dan komunikasi dengan pendekatan sosial budaya, seperti @ID_Optimis, @ KratonWedding, Jajan Jogja, serta Jajanpedia.
Di luar arsitektur, hadir Erman Haryoko (Wirojoyo Team) yang menyampaikan mengenai usaha lovebird breeder yang sudah lama ia jalani lewat label Rea Reo Bird Farm, spesialis peternak lovebird di Yogyakarta. Lalu, ada Fitria Werdiningsih yang sudah bergabung bersama Lawe selama 10 tahun. Lawe adalah sebuah social enterprise yang mengembangkan tenun tradisional Indonesia menjadi produk modern dan fungsional melalui pemberdayaan perempuan hingga ke mancanegara.
Narasumber lainnya adalah Dazzle Voices, sebuah grup vokal seriosa dari Yogyakarta dengan latar belakang anggotanya yang beragam, mulai dari siswa SMA, karyawan swasta, mahasiswa hingga dosen pengajar. Di samping itu, ada Dian Mustofa dan Atin Saraswati dengan komunitasnya yang bernama Book for Mountain. Komunitas ini berperan secara kolektif dalam memberikan kontribusi untuk pendidikan di Indonesia yang lebih baik melalui buku.
Ada juga Zhodiq Alhadiid dengan Capoeira Senzala-nya, selain Rubby Emir yang menggerakkan sebuah organisasi bernama Saujana pada tahun 2014 dan kerjabilitas.com di tahun 2015. Kerjabilitas.com secara khusus menyasar penyandang disabilitas (difabel) dengan menyediakan sistem informasi berbasis piranti lunak website dan seluler yang menjadi penghubung antara teman-teman difabel dalam mencari kerja dan menyediakan pekerjaan.
Kemudian hadir juga Pramudya Harzani, aktivis pemerhati satwa sebagai salah satu pendiri Jakarta Animal Aid Network (JAAN), organisasi non-profit yang bertujuan meningkatkan kesadaran akan isu kesejahteraan satwa Indonesia. Lalu, ada Rizda Nur Widia, seorang penulis muda asal NTB yang karyanya banyak dimuat di media lokal dan nasional. Rizda pun pernah menerima Anugerah Taruna Sastra dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia di tahun 2015. Terakhir, Fika Wirastuti dari Purna Caraka Muda Indonesia (PCMI Jogja), asosiasi alumni Pertukaran Pemuda Antar Negara (PPAN) yang terbentuk sejak tahun 1974. Asosiasi ini fokus pada pengembangan karakter dan keterampilan strategis generasi muda.