Bencana akibat perubahan iklim merupakan ancaman nyata yang harus disiapkan antisipasinya untuk pengurangan risiko bencana. Untuk menangani hal tersebut, sejumlah cara tengah diangkat dan diskusikan melalui Forum Global Platform on Disaster Risk Reduction (GPDRR) 2022 yang diselenggarakan di Bali.
Acara yang dihadiri oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono tersebut mengangkat tema “Water-Related Disaster Risk Reduction Under COVID-19 Pandemic and Changing Climate”, di mana diharapkan forum diskusi ini akan memberikan hasil untuk melakukan langkah antisipasi pengurangan resiko bencana. “Sebagai contoh, kami di Indonesia baru saja terkena dampak perubahan iklim di Semarang, Jawa Tengah yakni banjir rob. Parapet yang dibangun berdasarkan data terakhir banjir rob setinggi sekitar 1,8 meter di atas muka laut, pasang naiknya sehingga kita bikin parapet 2 meter, namun karena fenomena perubahan iklim air pasang tinggi melebihi jadi 2,1 meter,” jelas Menteri Basuki mengacu pada bencana yang terjadi baru-baru ini.
Sekretariat The High-level Experts and Leaders Panel on Water and Disasters (HELP) telah mempersiapkan topik-topik penting yang berkaitan dengan air dan bencana, pemerintahan, ilmu pengetahuan, dan teknologi. “Saya sangat percaya, lewat diskusi akan menghasilkan solusi untuk mengatasi bencana terkait air dan upaya mengurangi dampaknya,” tambahnya.
Indonesia juga akan mengadakan sesi pertemuan khusus HELP dengan topik pertemuan yang ditentukan dari hasil diskusi Kamis lalu pada KTT G20 yang akan diselenggarakan di Bali pada Oktober 2022 mendatang. “Dalam kesempatan ini, saya juga mengundang semuanya untuk hadir kembali ke Bali, Indonesia dalam World Water Forum tahun 2024. Terima kasih atas dukungannya kepada Indonesia sehingga terpilih menjadi tuan rumah dalam pertemuan tertinggi di sektor air,” tutup Menteri Basuki.
Han Seung-soo yang menjabat sebagai Ketua HELP yang juga mantan Perdana Menteri Korea Selatan mengatakan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi berperan sangat penting dalam penanganaan pengelolaan air terkait pengurangan risiko bencana. “Salah satunya adalah berfokus dalam melakukan observasi, modeling, dan integrasi data sebagai langkah akselerasi kebijakan Open Science. Diperlukan juga kerja sama antar disiplin ilmu dan berbagai sektor di level yang berbeda,” ujar Han Seung-soo. — Construction+ Online