Perusahaan manajemen properti dan investasi John Lang LaSalle (JLL) Indonesia kembali merilis laporan risetnya di triwulan 3 2019. Riset ini mengulas sektor perkantoran, kondominium, ritel, hingga rencana pemindahan ibukota yang menjadi bahan perbincangan di kalangan pengembang dan investor.
James Taylor, Head of Research JLL Indonesia, menyampaikan bahwa penyerapan ruang perkantoran di triwulan ketiga mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya sehingga total penyerapan selama tahun 2019 menjadi sebesar 174 ribu meter persegi di kawasan CBD. Namun, harga sewa masih mengalami penurunan sebesar 1% untuk bangunan kelas A.
“Penyerapan di triwulan ketiga tahun ini didominasi oleh perusahaan berbasis teknologi sebanyak 78%. Perkembangan perusahaan berbasis teknologi ini tidak terlepas dari peran operator coworking yang masih aktif melakukan ekspansi di gedung kelas A di CBD,” tutur Angela Wibawa, Head of Markets JLL Indonesia.
Untuk sektor kondominium, tingkat penjualan meningkat ke angka 64%. Kemudahan akses dari dan menuju transportasi publik kini menjadi salah satu faktor utama yang dipertimbangkan oleh pembeli selain harga. “Meskipun demikian, kami melihat para pengembang swasta lokal, asing, maupun BUMN, tetap aktif mempersiapkan produk-produk mereka sembari menunggu momen yang tepat untuk meluncurkannya,” tutur Vivin Harsanto, Head of Advisory JLL Indonesia.
Di sisi lain, sektor ritel tetap stabil dengan tingkat okupansi hampir 90 persen dan harga sewa mal kelas menengah ke atas yang mengalami peningkatan sebesar 1,2 persen. “Dari sisi tenancy mix secara keseluruhan juga mulai bergeser dari department store menjadi mini anchor,” tambah Vivin.
“Selain itu, topik pemindahan ibu kota negara telah menjadi bahan perbincangan di kalangan pengembang dan investor asing baik lokal maupun asing, sembari menunggu rencana selanjutnya yang akan dijalankan oleh pemerintah,” James Allan, Country Head JLL Indonesia. ― Construction+ Online