Lingkungan bisnis di Asia Tenggara dan pertumbuhan real estat telah mengalami perkembangan yang pesat. Hal ini terjadi karena kuatnya pertumbuhan ekonomi, perubahan demografis, dan peningkatan penyerapan digital. Singapura sebagai negara yang paling menonjol di kawasan Asia Tenggara memiliki volume tertinggi pada investasi langsung asing (FDI). Indonesia juga mengalami pertumbuhan yang kuat di kawasan Asia Tenggara. Permintaan investor asing dan lokal Indonesia untuk properti tetap kuat, karena populasi generasi muda yang besar dan pertumbuhan kelas menengah yang diperkirakan akan mencapai 140 juta pada tahun 2020.
GIC, dana kekayaan sovereign milik Singapura, menginvestasikan 500 juta dolar AS ke dalam investasi real estat Indonesia. Begitu pula dana pensiun milik Indonesia yang juga telah berinvestasi dalam proyek perumahan di masa yang akan datang. Pertumbuhan investasi Indonesia di bidang real estat mengalami peningkatan. Dengan adanya peningkatan penyerapan digital yang menjadi tren, telah mengubah lingkungan bisnis di Indonesia. Persaingan e-commerce business di kalangan investor mengalami kenaikan secara eksponensial dan mendorong penilaian tahap awal.
Sesuai dengan peningkatan penggunaan teknologi, aset tidak berwujud menjadi semakin penting bagi bisnis. Menurut studi dari Chartered Institute of Management Accountant pada tahun 2016, total nilai aset berwujud di Asia memiliki pertumbuhan sebesar 20% per tahun selama 15 tahun terakhir.
RICS sebagai badan profesional yang mengakreditasi para profesional di bidang pertanahan, properti, konstruksi, dan infrastruktur di seluruh dunia bekerjasama dengan MAPPI (Masyarakat Profesi Penilai Indonesia) mengadakan sebuah konferensi untuk para profesional di bidang pertanahan, properti, konstruksi, infrastruktur, jasa keuangan, baik swasta maupun pemerintah dengan mengusung tema “Pertumbuhan dan Peluang Real Estat dan Penilaian Bisnis di Indonesia”.
Bertempat di Makara 3 Ballroom Hotel Doubletree by Hilton Jakarta Pusat, konferensi ini diadakan selama satu hari yang dihadiri oleh para profesional terkait, baik yang bekerja di lembaga swasta maupun pemerintah. Acara dibuka oleh Michael D. Broomell, Managing Director Collier International Indonesia, yang kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari Will Myles, Regional Managing Director Asia Pacific RICS dan dari Okky Danusa, Presiden MAPPI.
Pada kesempatan ini, Langgeng Subur selaku Kepala Pusat Pembinaan Profesi Keuangan Kementerian Keuangan Republik Indonesia memaparkan pertumbuhan ekonomi Indonesia, prediksi pasar dan kondisi global, termasuk dampaknya pada penilaian di Indonesia, dampak investasi real estate dari luar negeri, peluang, dan tantangan penilaian di Indonesia pada masa mendatang. Acara dilanjutkan dengan tiga sesi diskusi.
Stephen William selaku Head of Standards Asia Pasific RICS menyatakan pentingnya standar internasional pada pangsa pasar global dengan memiliki hubungan dengan standar internasional, seperti IFRS, IPMS, IVS, ILMS, dan ICMS. Dengan adanya standar internasional, penting untuk menarik investasi luar negeri dan penatalaksanaanya pada pangsa pasar global.
Di akhir acara, Srividya Gopalakrishnan selaku Managing Director Duff & Pelps Singapore Pte. Ltd. mengemukakan tentang peran penting bisnis dan penilaian aset tak berwujud di Indonesia, yaitu peningkatan peran bisnis penilaian pada investasi lansekap di Indonesia, kebutuhan untuk investasi aset tak berwujud, dan hak milik intelektual untuk menyelaraskan dengan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.